Kenali Gejala Kanker Kulit Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) atau Squamous Cell Carcinoma (SCC) adalah jenis kanker kulit yang sering ditemukan selain karsinoma sel basal (KSB) dan melanoma yang mengenai lapisan epidermis bagian bawah. Kanker kulit ini paling sering menyerang bagian tubuh yang terpajan sinar matahari yaitu area wajah dan kepala, leher, serta punggung tangan. Pada 2015, pengidap KSS mencapai 2,2 juta di seluruh dunia.
Apakah KSS Berbahaya?
Seperti KSB, KSS menyebabkan kerusakan jaringan kulit lokal, namun berpotensi pula terjadi penyebaran (metastase). Apabila terdiagnosis sejak dini, dapat diobati dan pasien dapat sembuh. Sebaliknya, apabila tidak segera diobati, KSS bisa menyebar ke jaringan sekitar, hingga kelenjar getah bening, 1-3 tahun setelah terdiagnosis.
Gejala KSS
Gejala awal KSS ditandai dengan timbulnya benjolan yang teraba keras dengan batas yang tidak jelas pada kulit. Benjolan tersebut umumnya mula-mula teraba licin seperti kulit normal, kemudian terus berkembang dengan permukaan kasar dan dapat pula terjadi perlukaan seperti borok.
Faktor Penyebab dan Risiko
Sama seperti jenis kanker kulit lainnya, penyebab utama KSS yaitu paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari. KSS dapat pula terjadi karena adanya kelainan kulit pra kanker sebelumnya seperti adanya penyakit keratosis aktinik dan penyakit Bowen. Faktor risiko lainnya adalah infeksi virus Human Papiloma, adanya peradangan kronik pada kulit, serta yang terpapar bahan karsinogen,
Beberapa kondisi berikut meningkatkan risiko KSS:
1. Profesi. Seseorang yang pekerjaannya mengharuskan ia terpapar sinar ultraviolet terus-menerus sepanjang hari seperti petani, pelaut atau pekerja perkebunan.
2. Geografis. Mereka yang tinggal di daerah beriklim panas dengan paparan sinar UV tinggi.
3. Jenis kelamin. Mayoritas penderita KSS adalah pria. Secara medis sebenanya tidak ada kaitan langsung antara jenis kelamin dengan KSS. Kemungkinan besar karena kebanyakan mereka yang bekerja di tempat terbuka dengan paparan sinar UV tinggi adalah pria.
4. Usia. Penderita seringkali baru terdiagnosis dengan KSS pada usia di atas 50 tahun.
5. Penggunaan mesin tanning. Mesin penghitam kulit yang umumnya digunakan di negara-negara Barat dapat meningkatkan risiko sebanyak 2 kali lipat dibanding orang yang tidak menggunakkan mesin ini.
6. Kondisi kulit. Warna kulit yang lebih terang, memiliki luka kulit kronis memiliki risiko lebih tinggi terkena KSS.
7. Kelainan genetik. Pengidap xeroderma pigmentosum, albinisme, porokeratosis, dan epidermolisis bulosa.
Pengobatan KSS
Cara paling efektif untuk mencegah KSS adalah dengan mengurangi paparan radiasi UV dan menggunakan tabir surya setiap hari dengan benar serta segera melakukan pengobatan apabila ditemukan penyakit pra kanker.
Pengobatan akan ditentukan berdasarkan kondisi KSS (ukuran, bentuk maupun lokasi).
1. Tindakan bedah. Bedah Eksisi bisa dilakukan pada sel kanker yang kecil. Untuk sel kanker yang besar bisa dilakukan metode operasi Mohs untuk memastikan bahwa kulit sudah bebas dari sel kanker.
2. Radioterapi. Dilakukan pada pasien yang memiliki kanker berukuran lebih besar dan lokasi yang sulit dijangkau, atau sudah mengalami penyebaran.
3. Terapi topikal dengan bahan anti kanker, dapat digunakan untuk KSS awal yang berukuran kecil.
4. Beberapa rangkaian pengobatan untuk KSS yang berisiko tinggi terutama yang mengalami penyebaran.
Gejala kanker kulit KSS cenderung mudah diketahui. Apabila anda menemukan kelainan kulit yang dicurigai sebagai suatu KSS, segera periksakan ke dokter spesialis kulit. Sebagai tindakan pencegahan, lindungi diri Anda dari paparan sinar matahari langsung dan kenakan tabir surya dengan benar setiap hari.
BACA JUGA: Mengenal Lebih Jauh Bedah Kulit